Rabu, September 30, 2009

Hidup

Mbok Inah masih celingukan memeriksa ruangan rumah majikan barunya. Begitu besar dan mewah. Begitu rapi dan bersih. Setidaknya untuk ukuran pembantu yang masih awam dengan gaya hidup di kota besar seperti Jakarta.

Satu hal yang menarik perhatian Mbok Inah. Di tiap ruangan, selalu ia jumpai tanaman bunga yang berdiri di atas pot. Ada pohon melati, mawar, ros, dan sri rejeki. Sebuah tanaman yang ‘menjual’ keindahan dedaunan.Tiap kali mendapati tanaman-tanaman itu, Mbok Inah secara reflek menyiapkan kemampuan penciumannya. Duh, betapa harumnya bunga-bunga itu.

Tapi, ia menemukan sebuah keanehan. Pasalnya, tak secuil pun aroma harum menyeruak dari bunga-bunga itu. “Aneh! Kok, ndak wangi?” batin Mbok Inah seperti memeriksa. Ketika Mbok Inah mendekati tanaman melati, hal yang sama terjadi. Padahal, aroma melati begitu tajam. Aneh!

“Ada yang mau Mbok tanyakan?” tanya ibu majikan ketika menangkap kebingungan Mbok Inah.

“Anu, Nya. Hmm, gimana saya bisa nyiram pot-pot bunga ini? Kalau disiram di sini, sayang sama lantainya yang bagus. Kalau dibawa keluar, saya ndak kuat. Pohonnya lumayan besar!” ungkap Mbok Inah menutupi kebingungannya.

“Mbok keliru!” ucap ibu majikan sambil senyum. “Keliru?” balas Mbok Inah spontan. “Iya. Pohon-pohon ini tidak asli. Ini dari plastik. Mbok Inah tak perlu menyiraminya,” jelas ibu majikan sambil mengajak pembantu barunya itu menyentuh salah satu tanaman bunga.

“Oalah! Pantas tidak wangi!” ucap Mbok Inah sambil tetap terkesima dengan keindahan dan kemiripan tanaman bunga-bunga itu.
**

Orang banyak bisa saja terpikat. Mereka begitu takjub dengan keindahan luar yang mempesona: penampilan, retorika, dan slogan. Tapi, tetap saja kalau kesegaran dan keharuman jiwa cuma bisa diraih dari sesuatu yang hidup.

Pegiat dakwah persis seperti tanaman bunga yang tidak hanya hadir memberikan keindahan dan ketentraman orang sekitar melalui pesona luarnya. Lebih dari itu, ia mestinya hadir memberikan kesegaran ruhani melalui sentuhan hidup hatinya. Dan, ruhani hanya akan bisa tersegarkan dengan kucuran air kehidupan: jernih, terus mengalir, dan tidak tebang pilih.

Hanya yang segar yang bisa memberikan kesegaran. Dan hanya yang hidup yang bisa memberikan kehidupan. Kesegaran ruhani, dan kehidupan hati. (muhammadnuh@eramuslim.com)

0 Responses to “ Hidup ”

Posting Komentar

Jangan Lupa Komentarnya, mohon jangan spam karena akan saya hapus! Dan tunggu komentar balik dari saya