Kamis, Oktober 01, 2009
Aku biasa biasa aja .
Do you like this story?
Adasebuah cerita tentang seorang anak, sebut saja namanya Fani (6,5 tahun), kelas I SD. Ia memiliki banyak sekali teman. Dan ia pun tidak bermasalah harus berganti teman duduk di sekolahnya. Ia juga bergaul dengan siapa saja dilingkungan rumahnya. Ada satu hal yang menarik saat ia bercerita tentang teman-temannya.
"Bu, Ifa pinter sekali lho, Bu...! Pinter Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris... pokoknya pinter sekali....!" katanya santai. Vivi juga pintar sekali menggambar, gambarnya bagus ...sekali! Kalau si Yahya haalannya banyaaak... sekali!"
Ya memang Fani senang sekali membanggakan teman-temannya. Ketika mendengar celoteh anaknya ibunya tersenyum dan bertanya, " Kalau Fani pinter apa?" Ia menjawab dengan cengiran khasnya, "Hehehe...kalau aku, sih, biasa-biasa saja". Jawaban itu mungkin akan sangat biasa bagi anda, tetapi ibunya tertegun, Fani memang biasa-biasa saja untuk ukuran prestasi scholastic.
Tapi coba kita dengarkan apa cerita gurunya, bahwa Fani sering diminta bantuannya untuk membimbing temannya yang sangat lamban mengerjakan tugas sekolah, mendamaikan temannya yang bertengkar. Bahkan ketika dua orang adiknya, Farah (4,5 tahun) dan Fadila (2,5 tahun) bertengkar. Fani langsung turun tangan. "Sudah..! sudah, Dek! sama saudara tidak boleh bertengkar, Hayo tadi siap yang mulai?" Adiknya saling tunjuk."Hayo, jujur ...Jujur itu disayang Allah..! Sekarang salaman ya... saling memaafkan".
Pun ketika suatu hari ia melihat baju-baju bagus di toko, dengarlah komentarnya! "Wah bajunya bagus-bagus ya Bu? Aku sebenarnya pengin, tapi bajuku dirumah masih bagus-bagus, nanti saja kalau sudah jelek dan Ibu sudah punya rezeki, aku minta dibelikan ..." Ibunya pun tak kuasa menahan air matanya, subhanallah anak sekecil itu sudah bisa menunda keinginan, sebagai salah satu ciri kecerdasan emosional.
Sahabat, betapa banyak dari kita yang mengabaikan kecerdasan-kecerdasan emosional seperti itu. Kadang kita merasa rendah diri manakala anak kita tidak mencapai ranking sepuluh besar di sekolah. Tetapi herannya, kita tidak rendah diri manakala anak-anak kita tumbuh menjadi pribadi yang egois, mau menang sendiri, sombong, suka menipu, tidak biasa bergaul, bahkan tidak pernah mau belajar shalat.
Maka ketika Fani mengatakan "AKU BIASA-BIASA SAJA", maka saat itu ibunya menjawab "Alhamdulillah, mbak Fani suka menolong teman-teman, tidak sombong, mau bergaul dengan siapa saja, rajin shalat. Itu adalah kelebihan mbak Fani, diteruskan dan disyukuri ya..?" Ya... ibunya ingin mensupport dan memberikan reward yang positif bagi Fani. Meski secara scholastik Fani biasa-biasa saja, ternyata sang anak telah menjadi penyejuk mata dan hati.
Semoga kita tidak terjebak pada kebanggaan terhadap anak-anak yang pintar secara scholastik
seperti matematika, bahasa, menggambar (visual), musik, dan olahraga (kinestetik) saja. Dan kita juga tidak rendah diri dengan anak-anak kita yang tampak biasa-biasa saja. "Ya Allah, jadikanlah anak-anak kami anak yang shaleh dan shalehah, yang cerdas dan kuat, yang menjadi penyejuk hati mata dan hati kami."
-------------------------- -------------------------- -------------------------- -------------------------- -------------------------- ---
(Diambil dari tulisan L. Fini R.A, kiriman Sdri. Elinda)
"Bu, Ifa pinter sekali lho, Bu...! Pinter Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris... pokoknya pinter sekali....!" katanya santai. Vivi juga pintar sekali menggambar, gambarnya bagus ...sekali! Kalau si Yahya haalannya banyaaak... sekali!"
Ya memang Fani senang sekali membanggakan teman-temannya. Ketika mendengar celoteh anaknya ibunya tersenyum dan bertanya, " Kalau Fani pinter apa?" Ia menjawab dengan cengiran khasnya, "Hehehe...kalau aku, sih, biasa-biasa saja". Jawaban itu mungkin akan sangat biasa bagi anda, tetapi ibunya tertegun, Fani memang biasa-biasa saja untuk ukuran prestasi scholastic.
Tapi coba kita dengarkan apa cerita gurunya, bahwa Fani sering diminta bantuannya untuk membimbing temannya yang sangat lamban mengerjakan tugas sekolah, mendamaikan temannya yang bertengkar. Bahkan ketika dua orang adiknya, Farah (4,5 tahun) dan Fadila (2,5 tahun) bertengkar. Fani langsung turun tangan. "Sudah..! sudah, Dek! sama saudara tidak boleh bertengkar, Hayo tadi siap yang mulai?" Adiknya saling tunjuk."Hayo, jujur ...Jujur itu disayang Allah..! Sekarang salaman ya... saling memaafkan".
Pun ketika suatu hari ia melihat baju-baju bagus di toko, dengarlah komentarnya! "Wah bajunya bagus-bagus ya Bu? Aku sebenarnya pengin, tapi bajuku dirumah masih bagus-bagus, nanti saja kalau sudah jelek dan Ibu sudah punya rezeki, aku minta dibelikan ..." Ibunya pun tak kuasa menahan air matanya, subhanallah anak sekecil itu sudah bisa menunda keinginan, sebagai salah satu ciri kecerdasan emosional.
Sahabat, betapa banyak dari kita yang mengabaikan kecerdasan-kecerdasan emosional seperti itu. Kadang kita merasa rendah diri manakala anak kita tidak mencapai ranking sepuluh besar di sekolah. Tetapi herannya, kita tidak rendah diri manakala anak-anak kita tumbuh menjadi pribadi yang egois, mau menang sendiri, sombong, suka menipu, tidak biasa bergaul, bahkan tidak pernah mau belajar shalat.
Maka ketika Fani mengatakan "AKU BIASA-BIASA SAJA", maka saat itu ibunya menjawab "Alhamdulillah, mbak Fani suka menolong teman-teman, tidak sombong, mau bergaul dengan siapa saja, rajin shalat. Itu adalah kelebihan mbak Fani, diteruskan dan disyukuri ya..?" Ya... ibunya ingin mensupport dan memberikan reward yang positif bagi Fani. Meski secara scholastik Fani biasa-biasa saja, ternyata sang anak telah menjadi penyejuk mata dan hati.
Semoga kita tidak terjebak pada kebanggaan terhadap anak-anak yang pintar secara scholastik
seperti matematika, bahasa, menggambar (visual), musik, dan olahraga (kinestetik) saja. Dan kita juga tidak rendah diri dengan anak-anak kita yang tampak biasa-biasa saja. "Ya Allah, jadikanlah anak-anak kami anak yang shaleh dan shalehah, yang cerdas dan kuat, yang menjadi penyejuk hati mata dan hati kami."
--------------------------
(Diambil dari tulisan L. Fini R.A, kiriman Sdri. Elinda)
This post was written by: Author Name
Author description goes here. Author description goes here. Follow him on
Twitter
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 Responses to “ Aku biasa biasa aja . ”
Posting Komentar
Jangan Lupa Komentarnya, mohon jangan spam karena akan saya hapus! Dan tunggu komentar balik dari saya